KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang
masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada
penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan
suatu apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru / dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah
ini. Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah dengan topik :
“ TINGKAH LAKU TERCELA “
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna serta masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran
serta kritik yang bersifat perbaikan dari para pembaca dan pengguna sangat kami
harapkan. Hal itu akan menjadi pertimbangan dalam perbaikan makalah ini pada
kesempatan – kesempatan mendatang.
Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan andil dan manfaat bagi kita semua. Semoga Allah
swt senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Banjarnegara, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….....1
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………….…. ........
2
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………….…...........3
A. Latar
Belakang Masalah……………………………………………………......…...3
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………...........….....3
C. Tujuan
Penulisan……………………………………………………………...….…..3
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………......…..4
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….........…...12
Kesimpulan………………………………………………………………………..…….....…..11
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………............13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Hadits
sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al – Qur’an. Hadits mempunyai
fungsi sebagai penguat atas dalil – dalil yang terdapat dalam Al – Qur’an dan
atas ayat – ayat yang bersifat mujmal. Hadits mempunyai peranan penting dalam
berbagai aspek kahidupan manusia sebagai pedoman
dan petunjuk hidup di samping
berpedoman pada Al – Qur’an.
Pada makalah ini akan dibahas
tentang hadits yang berkaitan dengan “ Tingkah laku tercela, antara lain buruk
sangka, ghibah, buhtan, dan larangan berbuat boros “.
B. Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam makalah ini meliputi :
1. Apa yang termasuk dalam
tingkah laku tercela ?
2. Menyebutkan hadits tentang
tingkah laku tercela !
3. Apa keutamaan mempelajari
hadits tentang tingkah laku tercela ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits
dan diharapkan dapat menambah pengetahuan khusunya yang berkaitan dengan
masalah hadits agar ukhuwah islamiyah antar sesama muslim tetap terjaga
serta dapat bermanfaat bagi kita semua.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINGKAH LAKU
TERCELA
1. Buruk
Sangka
Buruk sangka
adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya
sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti
telah berbuat dosa sebagaimana dinyatakan dalam sebuah Hadits Kitab Al-lulu Wal
Marjan (اللؤلؤوالمرجان) ke 1660 :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ
الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَالَ: حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ ر.ض
تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا أخرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب
تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا أخرجه البخارى في: 78. كتاب الأدب
Artinya: “
Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:
Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah
sedusta-dustanya cerita / berita. Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai
hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan
saling menghasut, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan
jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara “ ( Diriwayatkan oleh Imam
Bukhari 78 Kitab Adab ). Dan dinyatakan juga dalam Al - Qur’an surah Al -
Hujurat Ayat 12 :[1]
يا أيها الذين أمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن ان بعض الظن
اثم
Artinya: “
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka ( kecurigaan ),
karena sebagian dari prasangka itu dosa “.
·
Dampak
Negatif dari Sifat Buruk Sangka
Diantara kerugian sifat buruk sangka
yaitu :
a.
Mendapatkan ancaman dan siksaan di neraka Jahannam, laknat dan murka Allah
b. Mendapatkan
kecelakaan dari allah di dunia dan di akhirat
c. Merasakan
kesempitan, ketidaktenangan dalam kehidupan, karena senantiasa tidak puas dengan takdir Allah.
d. dijauhi oleh orang lain karena
akibat perbuatannya sendiri
e. Timbunya permusuhan dan kebencian
di antara sesama manusia.
f. Terkadang akan menyeret kepada
hal yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan
atau merugikan pihak lain.
g. Putus
hubungan, pemboikotan dan kebencian
h. Merupakan indikasi rusaknya niat dan
buruknya kondisi batin.
i. Merupakan salah satu perangai orang
munafiq.
j. Merupakan
penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji.
k . Mewariskan
kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di hadapan manusia.
l. Salah satu
petunjuk akan lemahnya iman.
A. Cara Menghindari Sifat
Buruk Sangka
Berbagai cara dalam menghindari
sifat buruk sangka diantaranya adalah :
a. Selalu
waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar tidak timbul suatu
masalah
b. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama
manusia
c. Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada
Allah swt
d. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah swt dan merasa
cukup atas segala pemberian
Allah.
e. Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan
duniawi yang tidak bersih dan lain-lain
f.
Berhati-hati
dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran informasi.
B. Kandungan Hadits
Kandungan hadits diatas, menjelaskan
bahwa sebagai seorang muslim hendaknya selalu bersikap hati –hati dalam buruk
sangka kerena, buruk sangka itu adalah sedusta – dustanya ucapan apalagi kalau
buruk sangka tersebut terhadap masalah aqidah yang harus diyakini apa adanya. [2]Buruk
sangka dalam hal seperti ini hukumnya haram sebaliknya berburuk sangka terhadap
masalah – masalah kehidupan agar memilii semangat untuk menyelidikinya adalah
diperbolehkan. Nabi Muhammad saw bersabda :
وعن أبى هريرة رضي الله عنه، أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال: إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث_ متفق عليه
“Dari Abu
Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kamu dalam
berprasangka (dalam hal ini adalah prasangka buruk), karena sesungguhnya
prasangka itu adalah sedusta-dustanya ucapan”. HR. Bukhari Muslim.
Oleh karena itu hendaknya bagi umat islam
untuk selalu membiasakan diri berprasangka baik terhadap orang lain demi
kemaslahatan umat islam agar tetap harmonis.
C. Relevansi Hadits Dengan Kondisi Zaman
Dengan
kondisi zaman seperti saat ini peran hadits sangatlah penting dan masih sangat
relevan untuk digunakan karena hadits merupakan sumber hukum islam yang kedua
setelah Al – Qur’an dan dapat dijadikan sebagai panduan pada zaman yang semakin
labil dan akan selalu up to date sepanjang zaman, tinggal manusianya sendiri
mau melihat dari sudut pandang apa, mana dan bagaimana cara menentukan
posisinya dalam hidupnya.
2. Ghibah dan Buhtan
Ghibah
adalah menceritakan kejelekan yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak
suka meskipun hal itu benar. Sedangkan Buhtan menceritakan sesuatu yang tidak
sebenarnya disebut sebagai kebohongan atau fitnah. Seseorang yang telah
tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya
telah berbuat dosa. Sedangkan kejelekan orang.
yang
diceritakannya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah ke
orang lain. Sebagaimana di riwayatkan dalam sebuah Hadits Kitab Riyadlus
Sholihin (رياضالصالحين) ke 1520 :
قَالَ أَتَدْرُوْنَ بِالْغِيْبَةِ؟ قَالُوْا: اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يُكْرَهُ، قَ م ص وَعَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ ر.ض. أَنَّ رَسُوْلَ الله
أَفَرَأَيْتَ اِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ:
اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَاِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ
مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَهُ، (رواه مسلم)
Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian
apa ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui. Nabi bersabda: yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak
disukainya. Beliau ditanya: Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang
sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau memang sebenarnya begitu itulah yang
disebut ghibah. Akan tetapi jika menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya berarti
kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)
A. Dampak Negatif dari Sifat
Ghibah dan Buhtan
Kerugian
sifat ghibah dan buhtan antara lain :
a. Mendapatkan ancaman dan murka Allah
b. Mendapatkan laknat dari
Allah baik di dunia maupun di akhirat
c. Akan
melahirkan permusuhan dan kebencian di antara manusia.
d. Merupakan
penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji serta
e. Kebencian
terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk bermusuhan yang nyata.
f. Sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga
ingin merenut kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia
g. Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kernunkaran.
B. Cara Menghindari
Sifat Ghibah dan Buhtan
Berbagai cara yang dapat dilakukan seseorang untuk
menghindari ghibah dan buhtan antara lain :
a. Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar
sebelum diteliti terlebihdahulu kebenarannya
sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa akibat buruk.
b. Kita
tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan.
c. Memperbanyak
meneliti keburukan diri sediri.
d. Membiasakan
lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing itu adalah dosa
karena itu sangat dilarang oleh agama Islam.
e Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkan diri
kapada Allah, misalnya sering bertilawah dan berzikir agar hati menjadi
lunak dan jiwa menjadi tenang.
f. Berfikir sebelum
memulai pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah perkataan yang
baik-baik saja, dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan dan kerjakan akan
dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.
g. Tabayun sebelum menyampaikan berita,
supaya ukhuwah tetap terjaga dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
h. Mengingatkan
orang lain ketika ia menceritakan saudaranya, agar ia tidak terjatuh kedalam
lembah yang bernama ghibah.
C. Kandungan
Hadits
Hadits diatas, menjelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan
kejelekan orang yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan suka
meskipun hal itu benar, sedangkan buhtan adalah menceritakan sesuatu yang tidak
sebenarnya terjadi dan merupakan suatu kebonhongan belaka. Ghibah dan
buhtan merupakan perbuatan yang dilarang dalam islam dan pelakunya akan di azab
oleh Allah swt selain itu, ghubah juga dapat memicu permusuhan dan pertengkaran
diantara sesama muslim orang yang melakukannya bagaikan memakan daging bangkai
saudaranya. Oleh karena itu hendaklah bagi umat islam untuk menjaga perkataanya
agar tidak tergelincir untuk menceritakan kejelekan orang lain sehingga tidak
terjerumus kedalam perbuatan ghibah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya
dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya ia telah berbuat dosa.
Selain itu, apabila orang yang diceritakan tersebut mendengar bahwa
kejelekannya diceritakan tentu ia akan marah dan akan menimbulkan permusuhan.
Oleh karena itu, setiap orang islam harus berusaha untuk tidak menceritakan
kejelekan orang lain atau lebih baik diam itu akan menyelamatkannya di dunia
dan di akhirat.
Sebenarnya tidak semua ghibah dilarang. Ada ghibah
yang diperbolehkan, antara lain:
1. Mengadukan orang yang menganiaya
kepada wali hakim.
2. Meminta orang yang dianggap sanggup menasehatinya
agar menasehati orang yang berbuat mungkar
3. Menasehati agar orang lain jangan tertipu oleh
orang yang jahat tersebut, dan sebagainya.
Adapun cara
bertaubat bagi orang yang melakukan buhtan adalah sebagai berikut :
1. Menarik kembali kabar
bohong yang dia sampaikan dahulu.
2. Meminta maaf atau meminta
untuk dihalalkan kepada yang di fitnah.
3. Meminta ampun kepada Allah atas
perbuatan buhtan, karena buhtan termasuk dosa yang sejajar dengan menyembah
berhala. Sebagaimana firman Allah swt:
فاجتنبوا الرجس من الأوثان واجتنبوا
قول الزور (الحاج
Artinya: “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang
najis itu, dan jauhilah perkataan dusta” (Q. S. Al - Hajj : 30)
D. Relevansi Hadits Dengan Kondisi
Zaman
Di zaman yang semakin maju ini,
manusia sudah tidak begitu memperhatikan hak-hak saudaranya. Media massa dengan sangat percaya diri dan bangga menguak sisi
negatif seseorang cuma bertujuan mengeruk materi tanpa memperhatikan etika dan
adab dalam pergaulan yang telah diajarkan oleh agama bahwa sesunggunnya
diantara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya hendaknya saling
mengeratkan satu dengan yang lainnya.
3. Larangan
Berbuat Boros
Boros adalah
menggunakan atau membelanjakan harta kepada sesuatu hal yang tidak perlu, atau
di sebut juga tabzir. Perbuatan boros dapat merugikan diri sendiri juga orang
lain. Allah melarang manusia untuk tidak boros, karena hal tersebut kufur
nikmat. Selain itu, Allah juga menganggap orang-orang yang berbuat boros
tersebut adalah temannya syaitan, seperti diriwayatkan dalam Hadits ke
1778 Kitab Riyadlus Sholihin (رياضالصالحين)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ ر.ض. قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م.: إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثاً، وَيُكْرِهُ
لَكُمْ ثَلاَثاً، فَيَرْضَى لَكُمْ اَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلاَ تُشْرِكُوْا بِهِ
شَيْئاً، وَاَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً وَلاَ تَفَرَّقُوْا،
وَيُكْرِهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةُ السُّؤَالِ وَاِضَاعَةُ الْمَالِ.
رواه مسلم.)
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda “ Sesungguhnya Allah itu
ridha untukmu semua akan tiga perkara dan benci untukmu semua akan tiga perkara
pula. Allah ridha untukmu semua jikalau engkau semua menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan sesuatu dengan-Nya dan jikalu engkau semua berpegang teguh dengan
agama Allah dengan bersama – sama penuh rasa persatuan – dan engkau semua tidak
bercerai – berai. Allah benci untukmu semua akan qif dan qal dikatakan dari
sini mengatakan kesana yakni uraian yang tidak ada kepastian benarnya juga
banyaknya pertannyaan serta menyia – nyiakan harta “ diriwayatkan oleh Imam
Muslim.
Hadits ke
340 Kitab Riyadlus Shalihin :
من أبو عيسى، ابن رع
شيبه آل المغيرة من النبي، قائلا:" لا سمح الله أن تكون على استعداد لجميع
الأمهات، فضلا عن منع وليس بين ما، ما هو مطلوب القيام به، وطلب
من ليس له وزرع بنات على قيد الحياة. الله يكره عبارة كل قلعة وأي: يقول رجل معين، و قال لر جل معين، ولكن ليس هناك يقين، ولا إعادة إنتاج هذه المسألة ومضيعة
للما تنفق على شيء غير مناسب
(آلائه متفق عليه)
Artiya : “
Dari Abu Isa, yaitu al-Mughirah bin Syu'bah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu semua akan berani kepada para
ibu, juga mencegah -tidak melaksanakan- apa-apa yang wajib atas dirinya,
meminta yang bukan miliknya serta menanam anak-anak perempuan hidup-hidup.
Allah membenci kepada kata-kata qil wa qal -yakni-: katanya dari si Anu,
ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada kepastiannya, juga memperbanyak
pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan kepada sesuatu yang bukan
semestinya." (Muttafaq 'alaih)
A. Dampak Negatif dari Sifat Boros
a. Uang yang
dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
b. Menjadi
budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
c. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
d. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
e. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
f. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
g. Akan ditempatkan ke dalam neraka
h. Lebih mementingkan urusan harta daripada urusan muamalah
i. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
j. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
c. Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh
d. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
e. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb
f. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
g. Akan ditempatkan ke dalam neraka
h. Lebih mementingkan urusan harta daripada urusan muamalah
i. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
j. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
k. Termasuk
ke dalam golongan orang – orang yang kufur terhadap nikmat allah
l.
Mendapatkan ancaman dan siksaan dari Allah swt
B. Cara Menghindari Sifat
Boros
Cara yang dapat dilakukan untuk
menghindari sifat boros, antara lain :
a. Membelanjakan uang sesuai dengan
kebutuhan
b. Memperbanyak bersedekah dan
membantu orang yang tidak mampu seperti fakir miskin
c. Meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak dzikir
serta membaca Al – Qur’an dan Hadits sehingga dapat mengetahui bahwa dalam Al –
Qur’an dan Hadits sifat berburuk sangka sangat diharamkan dalam islam.
d. Membiasakan diri hidup
sederhana sehingga merasa tentram hati dan jiwanya
e. Lebih mendekatkan diri
kepada Allah swt serta memperbanyak iktikaf
f. Selalu melihat kondisi ekonomi orang lain
sehingga dapat menimbulkan sikap hati – hati dalam mebelajakan uang agar tidak
terjerumus ke dalam lembah kesengsaraan.
C. Kandungan Hadits
Hadits ini
mengandung enam hal yakni, tiga hal yang disukai oleh Allah dan tiga hal yang
dibenci Allah, yaitu :
a. Allah
menyukai apabila hamba-Nya menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan -
Nya dengan suatu apapun
b. Allah
menyukai apabila hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah
c. Allah menyukai apabila hamba-Nya
tidak bercerai – berai
d. Allah membenci hamba-Nya yang banyak
bertanya sesuatu yang tidak berguna
e. Allah membenci hambanya yang
memboroskan harta
Selain sifat
kikir islam sangat tidak suka dengan orang yang memboroskan uangnya dan
bersikap sombong terhadap hal – hal yang tidak berguna. Allah swt
berfirman :
يبنى آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد وكلوا واشربوا ولا تسرفوا، إنه لا يحب المسرفين_ الأعراف
Artinya : “ Jadi; tidaklah Allah SWT. melarang sesuatu
kecuali karena hal tersebut membahayakan, dan tidaklah sekali-kali Allah SWT.
menganjurkan suatu hal melainkan didalamnya terkandung manfa`at “.
.
Nabi Muhammad saw bersabda:
كل واشرب والبس وتصدق فى غير إسراف
ولا مخيلة_ رواه احمد
“Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian
tanpa berlebih-lebihan dan kesombongan”.
D. Relevansi Hadits Dengan
Kondisi Zaman
Syarat
melakukan penilaian terhadap seseorang itu bervariasi dengan latar belakang
pendidikan, sosio cultural dan sudut pandang yang beragam. Di era yang semakin
kacau ini kadangkala banyak manusia yang justru menghambur – hamburkan uang
untuk hal – hal yang tidak perlu, yang sejatinya masih banyak orang yang
membutukan. Oleh karena, itu sebagai orang yang beriman dan memiliki jiwa
social yang lebih dibanding dengan makluk lain sudah sewajibnya kita membantu
meringankan beban orang yang kesusahan apalagi sesama umat islam seperti apa
yang tekandung dalam Al – Qur’an dan Hadits
BAB III
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan
makalah ini, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
A. KESIMPULAN
Dari
berbagai hadits yang telah kami kemukakan, maka kami dapat menyimpulkan
bahwasannya ajaran Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk
sangka dan menggunjing, memfitnah orang lain serta larangan berbuat boros.
Hendaklah kita berprasangka yang baik terhadap orang lain dan pergunakanlah
harta yang kita miliki dengan sebaik – baiknya agar kita dapat hidup dengan
tentram dan mendapat ridha dari Allah swt sejak di dunia sampai kelak di akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hasbi ashshiddiqie, dkk. 1971. Al-Quran dan terjemahnya. Khadim
Al-Haramain Al-Syarifain
2 A. Hasan.
1972. Terjemah Bulughul Mahram.
Bandung: CV Diponegoro
3. Hasan Ayyub “ Etika Islam “ Trigenda
Karya, Bandung, 1994.
4. Mas’an Hamid. 1995 Ilmu Arudi dan Qawafi. Surabaya: Al-Ikhlas
5. Drs. Anwar Mas’ari, MA. “ Ahlaq
al-Qur’an “ PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1990.
6. Sunarto Ahmad 1999 “ Terjemahan
Riyadhus Shalihin I “ Pustaka Amani, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar