KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi umat manusia dalam menempuh jalan yang benar dan berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan
kepada Rasulillah Muhammad SAW pemberi uswah (teladan) dan bimbingan tentang
perlunya kita memiliki sifat jujur sekaligus mempraktekkannya dalam aktifitas
kehidupan kita sehari-hari.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari
bantuan dan partisipasi dari berbagai pihakAkhirnya kritik saran dari pembaca,
dengan senag hati siap kami terima, semoga usaha penulisan makalah ini tidak
sia-sia dan semoga Alloh SWT memberikan manfaat dan ridlaNya kepada kita
semua.Amin.
Wassalam.
Tim
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 3LATARBELAKANG……………………………………………………………… 3
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………....4
BAB II PEMBAHASAN.....………………………………………………………………….5A. PentingnyaKejujuran………………………………………….............................5
B. KejujuranMembawaKebajikan...........………………………..............................8
C. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah….………….........................12
BAB III PENUTUP………………….......…………………………………………………...13KESIMPULAN……………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………15
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang paling baik dibandingkan makhluk lainnya yang ada di muka bumi
ini.Manusia lebih sempurna dibandingkan dengan binatang.Berbeda dengan
binatang, manusia diberi oleh Allah berupa fitriyah, khawasiyah, dan
akliyah.Dengan menggunakan akliyah manusia dapat membedakan baik dan buruk
sehingga dapat memilikib ahlak yang terpuji dan ahlak yang tercela.
Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai
khalifah di muka bumi ini maka manusia di tuntut untuk beraklak terpuji karena
dengan aklak terpuji maka manusia akan selamat di dunia dan akhirat dan
hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik
terhadap diri sendiri ,lingkungan keluarga dan masyarakat, dan salah satu
akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap manusia adalah besikap jujur karena
kejujuran itu membawa kebaikan.
sebagai mana sabda Nabi SAW:
عن أبى ذرّجندب
بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذبن جبل رضي الله تعالى عنهما عن رسول الله صلى الله
عليه وآله وسلم قال: إِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ
السَّيِئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقٍ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Artinya :”Berkata Abu Dzar Jundub bin Junadah
dan Abu Abdurrahman Mu’adz r.a., RAsulullah saw. Bersabda: “Bertaqwalah pada
Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah keburukan itu dengan kebaikan
yang akan menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”
(H.R. Tirmidzi)
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pentingnya kejujuran ?
2.
Apa kejujuran membawa kebajikan ?
3.
Apa Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah?
C. Tujuan Masalah
1.
Memahami pengertian kejujuran
2.
Mengetahui dasar atau hadist tentang kejujuran
membawa Kebajikan
3.
Mengetahui Orang Yang Jujur Mendapat
Pertolongan Allah
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENTINGNYA KEJUJURAN
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh
hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa
itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur
ini maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak
tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator
kearah itu sangat mudah ditemukan yakni masih saja banyak orang belum
jujur jikadibandingkan dengan orang yang telah jujur. Berikut
ini saya akan mencoba memberikan penjelasan sebatas kemampuan saya
tetang makna dari kata jujur ini.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk
menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan
sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh
gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Jika
orang itu menceritakan informasi tentang gambaran
tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya )
maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang
mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam
hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk
jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menjadi orang jujur atau pendusta merupakan
pilihan bagi setiap orang, dan masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya
sendiri. Bagi orang yang memilih menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran
dalam segala aspek kehidupannya, maka ia akan memiliki citra yang baik di mata
orang-orang yang mengenalnya. Ketika seseorang selalu berkata jujur dan
berbuat benar, maka akan diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima
kesaksiannya di hadapan para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya,
bagi mereka yang selalu berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan
memliki pandangan yang baik oleh orang-orang di sekitarnya.
حديث عبدالله بن مسعود رضي الله عنه عن النّبيّ
صلّى الله عليه وسلّم قل : إِنَّ الصِّدْقَ يَهْد إِلَى اْلبِرِّ وَإِنَّ اْلبِرَّ
يَهْدِي إِلَى اْلجَنَّةِ وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنَ
صِدِّيْقًا. وَإِنَّ اْلكِذْبَ يَهْدِي إِلَى اْلفُجُوْرِ وَ إِنَّ اْلفُجُوْرِ
يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ خَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ
اللهِ كَذَّابًا.
(أخرج البخارى فى : 78-
كتاب الأدب :69 باب قول الله تعالى : ياأيها الذين امنوااتقواالله وكونوا مع
الصادقين)
a.
Terjemah Hadits: ”Abdullah ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu
menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi
Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat jujur dan benar). Dan dusta
menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun ke dalam neraka.Dan seorang
yang dusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Dikeluarkan oleh imim
Bukhari dalam kitab ”Tatakrama” bab: firman Allah Ta’ala: Hai orang-orang yang
beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua bersama orang-orang
yang benar).
b. Tinjauan Bahasa
الصِّدْقُ : Dalam ucapan berarti lawan dari bohong
Dalam niat berarti ikhlas; dalam janji berarti menepatinya; dalam
kelakuan berarti tidak melakukan kejahatan; baik secara sembunyi-sembunyi
maupun zahir. Kalau
dalam berbagai hal shiddiq (benar) Dinamakan الصِّدِّيْقُtetapi kalau
benar dalam berbagai sifat saja dinamakan الصَّادِقُ
اَلْبِِرُّ
: Sebutan yang mencakup segala kebaikan
يهدي
: Menuntun, membawa
اَلْفُجُو رُ
: Lawan (kebalikan) dari اَلْبِرُّ
c. Penjelasan
Sebagaimana diterangkan di atas bahwa
berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di
dunia maupun di akhirat. Ia akan dimasukan ke dalam surga dan mendapat
gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan
benar. Bahkan dalam Al-qur’an dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan
selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa:
Ï%©!$#ur uä!%y` É-ôÅ_Á9$$Î/ s-£|¹ur ÿ¾ÏmÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqà)GßJø9$# ÇÌÌÈ
Artinya :” Dan orang yang membawa kebenaran
(Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
(Q.S. Az- Zumar : 33)
Hal itu sangat
pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berhianat
kepada siap saja, baik kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun dirinya
sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulullah SAW, karena hal itu merupakan
janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimah syahadat
Dengan kata lain, orang jujur akan menjadi orang
yang paling taat kepada Allah SWT. Dalam
sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui yang meminta nasihat kepada
Rasulullah SAW. Belilau hanya berkata “jangan bohong” perkataan Rasulullah SAW
terus mengiang–ngiang ditelinga sang badui sehingga setiap kali dia akan
melakukan perbuatan tercela, dia berfikir bahwa Rasulullah pasti akan
menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan
terlarang tersebut.[1]
Hadits tentang kejujuran membawa kebaikan
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ
الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ
الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya:
Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw.
Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan
kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga
ia ditulis di sisi Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya
dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka.Seseorang
akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun
‘Alaih).
عن عبد الله بن
مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ
إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ
يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ
يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
كذاباً رواه مسلم .
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda
Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada
kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur
dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang
jujur.Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan
kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa
berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai
seorang pendusta” (HR Muslim) [i][ii]Shohih
Muslim hadits no : 6586
Perowi hadits:
Dia adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud
salah seorang Assabiqun Al-awalaun (golongan yang pertama-tama masuk Islam),
termasuk kalangan sahabat utama dan ahli fiqih, hafal dari Rasulullah saw 70
surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia 60 tahun
Makna Secara Umum:
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa
yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan
barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi
karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut
sifat-sifat baik dan buruk.
Hadits diatas menunjukkan agungnya
perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah
serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa
orang yang dusta ke neraka.
Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1. Kejujuran termasuk akhlak
terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2. Diantara petunjuk Islam
hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3. Jujur merupakan
sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4. Seorang mukmin yang
bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5. Membimbing rekan lain
bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6. Menjawab secara jujur
ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.
7. Dusta merupakan sifat
buruk yang dilarang Islam.
8. Wajib menasihati orang
yang mempunyai sifat dusta.
9. Dusta merupakan jalan yang
menyampaikan ke neraka
A. DALIL AL-QUR’AN
Dalam AlQur’an telah di sebutkan beberapa ayat tentang kejujuran antara lain adalah:
1. Surat Al-Anfal ayat
Dalam AlQur’an telah di sebutkan beberapa ayat tentang kejujuran antara lain adalah:
1. Surat Al-Anfal ayat
Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya)
pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berkhianat.
2. Surat An-Nahl ayat 105
$yJ¯RÎ) ÎtIøÿt z>És3ø9$# tûïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÏM»t$t«Î/ «!$# ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqç/É»x6ø9$# ÇÊÉÎÈ
Artinya:
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan,
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka
Itulah orang-orang pendusta.
3. Surat At-Taubah ayat 119
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB úüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (benar)
B.
DALIL AL-HADIST
Dalam Hadist Nabi Juga dimuat (dijelaskan)
tentang kejujuran, antara lain adalah;
1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud RA
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }
Artinya:
1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud RA
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }
Artinya:
Dari Abdullah bin Mas’ud dari
Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan
kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya
berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai orang yang
benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan
itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia
tercatat disisi Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
2. Hadist dari Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA
عن ابى محمد الحسن بن على بن ابى طالب رضي الله عنهما قال : حفظت من رسول الله صلعم دع ما يريبك الى ما لا يريبك , فان الصدق طمأنينة والكذب ريبة { رواه الترمذى}
Artinya:
عن ابى محمد الحسن بن على بن ابى طالب رضي الله عنهما قال : حفظت من رسول الله صلعم دع ما يريبك الى ما لا يريبك , فان الصدق طمأنينة والكذب ريبة { رواه الترمذى}
Artinya:
Abi Muhammad Hasan bin Ali bin
Abi Thalib RA, Ia berkata; Saya hafal (hadist) dari Nabi SAW, “ Tinggalkan
sesuatu yang meragukan pada sesuatu yang tidak meragukan, maka sesungguhnya
jujur adalah ketenangan(hati) dan dusta adalah keraguan(hati)
1. Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi SAW, beliau
bersabda :
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta .” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta .” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi
Thalib ra., ia berkata : “Saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah SAW,
yaitu : “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak
kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan
ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan .” (HR. Tirmidzi)
3. Dari Abu Sufyan Shahr bin Harb ra., di dalam haditsnya yang panjang
tentang cerita pertanyaan Heraklius kepadanya :
“Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu ?” Abu Sufyan berkata : “Nabi SAW bersabda : “Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan janganlah kamu menyekutukan apapun
dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu. Beliau juga menyuruh kami untuk melaksanakan salat, jujur, pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat .” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu ?” Abu Sufyan berkata : “Nabi SAW bersabda : “Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan janganlah kamu menyekutukan apapun
dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu. Beliau juga menyuruh kami untuk melaksanakan salat, jujur, pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat .” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Dari Abu Tsabit, (Abu Sa’id atau Abul Walid Sahl bin Hunaif), ia
adalah orang yang ikut perang Badar. Menurut beliau, Nabi SAW bersabda : “Siapa
saja yang benar-benar mohon untuk mati syahid kepada Allah Ta’ala niscaya Allah
akan
mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidur . “ (HR. Muslim
mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidur . “ (HR. Muslim
5.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah
SAW bersabda : “Ada salah seseorang di antara para nabi sewaktu akan berangkat
perang, ia berpesan kepada kaumnya : “Janganlah mengikuti kami, yaitu orang
yang baru kawin, sedangkan ia belum berkumpul dengan isterinya. Orang membangun rumah, sedangkan ia belum selesai membangunnya. Dan
janganlah mengikuti kami orang yang baru membeli kambing atau onta, dan ia menunggu kelahiran anaknya .” Kemudian Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah
dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada matahari : “Wahai matahari,
janganlah mengikuti kami orang yang baru membeli kambing atau onta, dan ia menunggu kelahiran anaknya .” Kemudian Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah
dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada matahari : “Wahai matahari,
Sesungguhnya kamu diperintah dan saya pun diperintah. Ya Allah,
tahanlah ia untuk membantu kami.”
Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberikan kemenangan kepada nabi itu. Kemudian Nabi itu mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan mendatangkan api untuk memakannya, tetapi api itu tidak mau memakannya, oleh karenanyakarenanya nabi itu bersabda:
“Sesungguhnya ada di antara kamu sekalian yang tidak ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang laki-laki untuk berbai’at kepadaku.” Kemudian melekatlah dua tangan atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau bersabda : “Kalianlah yang tidak ikhlas.” Orang-orang itu lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi.
Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi seseorang sebelum kami. Kemudian Allah melihat kelemahan kami, karena Allah itu menghalalkan barang rampasan itu bagi kami” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberikan kemenangan kepada nabi itu. Kemudian Nabi itu mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan mendatangkan api untuk memakannya, tetapi api itu tidak mau memakannya, oleh karenanyakarenanya nabi itu bersabda:
“Sesungguhnya ada di antara kamu sekalian yang tidak ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang laki-laki untuk berbai’at kepadaku.” Kemudian melekatlah dua tangan atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau bersabda : “Kalianlah yang tidak ikhlas.” Orang-orang itu lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi.
Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi seseorang sebelum kami. Kemudian Allah melihat kelemahan kami, karena Allah itu menghalalkan barang rampasan itu bagi kami” (HR. Bukhari dan Muslim)
6.
Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra., ia masuk
Islam sewaktu pembukaan kota
Makkah,
sedangkan ayahnya termasuk tokoh Quraisy, baik di zaman Jahiliyah maupun
setelah masuk Islam, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Dua orang yang
berjual beli itu haruslah bebas memilih sebelum mereka berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di dalam berjual beli,
maka keduanya akan mendapatkan berkah. Tetapi apabila keduanya menyembunyikan
dan dusta, maka jual belinya itu tidak akan membawa berkah.” (HR.Bukhari dan
Muslim
A.
Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjamkan uang atau barang kepada orang
lain untuk digunakan sebagian penunjang usahanya. Hal itu diperbolehkan dalam
Islam dan Allah SWT akan menolong mereka kalau mereka berniat untuk
mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam
tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakannya uang pinjamannya untuk
berfoya- foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak
memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal karena akan menghentikan usahanya,
yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.
Oleh karena itu, setap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta
tersebut adalah amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya. Dalam
dipercayakan kepadanya dan mengembalikan amanat tersebut kepada pemiliknya,
sebagaimana firman Allah SWT
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
Artinya:
58. Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.[ Q.S. An- Nisa; 58]
Begitu pula, seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk
menjaga kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara mengembalikan modal
yang di pinjamnya pada waktu yang telah disepakati. Jika ia memerlukan modal lagi, ia tidak aka menagalami kesulitan.[2]
Selain
akan mendapat predikat shiddiq,sebagaimana
dijelaskan dalam pembahasan, ia juga akan dimudahkan oleh Allah SWT dalam
setiap usahanya untuk mengembalikan modal yang diamanatkan kepadanya.
Allah
SWT. Berfirman
4 `tBur È,Gt ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾ÍnÍöDr& #Zô£ç ÇÍÈ
Artinya;
‘ Barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT, Dia akan
menjadikan dari urusan mudah,’ [Q.S. Thalaq.4]
Selain itu, bagi mereka yang memiliki tabiat jelek seperti itu,
tidak akan pernah lagi percaya oleh orang lain. Jika terdesak oleh kebutuhan, tidak
ada lagi yang mau menolongnya atau mencoba untuk menitipkan suatu amanat
kepadanya.
Hal itu menunjukkan bahwa penunaian suatu amanah sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun khianat
[ tidak menunaikan amanah] telah disepakati sebagian perbuatan tercela, baik
dalam pandangan Allah maupun pandangan manusia. Dalam suatu hadis dikategorikan
sebagian salah satu sifat orang minafik.
Ar-Raqib Al- Asfahani [3] berpendapat bahwa khianat bukan sekedar tanda orang munafik, nifak adalah khianat dan khianat adalah
nifak. Hanya saja khianat seringkali
diperuntukkan bagi pelanggaran terhadap perjanjian atau amanat, sedangkan nifak
demikian esensi dari keduanya sama dan sangat di murkai Allah Swt. Hal itu
karena khianat akan merugikan diri si pengkhianat sendiri dan orang lain.
Apalagi bagi seorang pemimpin atau wakil rakyat yang memiliki tanggung jawab
yang besar untuk melaksanakan amanat dengan baik. Setiap jabatan adalah amanat
dari rakyat dan hakikat dari Allah SWT, maka harusnya orang dipercaya memegang
suatu jabatan harus melakukan berbagai ketentuan yang sesuai dengan kehendak
dan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya justru mementingkan diri sendiri, lupa
diri, dan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan rakyat kepadanya.
Tentu saja, amanat bukan saja
dimonopoli para pemimpin, sebab bila merujuk kepada Al-Qur’an, khianat terbagi kepada dua bagian,
yaitu khianat terhadap Khalik [ Allah
dan Rasu- Nya] dan khianat terhadap makhluk.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Akui dan Jujurlah bahwa
Allah Tuhan kita, kita adalah hambanya maka marilah kita beribadah dengan
sepenuh jiwa, ikhlas hanya karena mengharap ridla-Nya
2.
Mari kita berusah Jujur dalam segala hal dan
keadaan, jangan sampai kita terprofokasi ungkapan “ yang jujur ga’ makan”, itu
tidak benar. Yakinlah bahwa yang member rizki bukan manusia tapi Allah SWT.
3.
Hindarilah sifat dusta
karena itu merupakan awal dari kehancuran umat manusia.
Alhamdulillah
dengan penuh rasa syukur berkat rahmat Allah, kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dari awal sampai akhir dengan baik dan kami juga
berterimakasih banyak pada guru pembimbing yang telah memberikan arahan kepada
kami pada jalan kebenaran dan penuh wawasan.
Manusia
diciptakan Allah SWT dengan berbagai kelebihan dan kekurangan, kekurangan
manusia dapat ditutupi dengan kelebihannya, misalnya kecakapan atau
kepandaiannya dalam mengolah kata
Dari itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila tugas kami ini dari awal sampai akhir masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini bermanfaat bagi semua orang terutama bagi umat islam khususnya kita semua, Amin Amin
Dari itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila tugas kami ini dari awal sampai akhir masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini bermanfaat bagi semua orang terutama bagi umat islam khususnya kita semua, Amin Amin
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Prof. DR. H. Rachmant Syafe’I M.A. AL- HADIS . Bandung, CV PUSTAKA SETIA,
2000
2.
Dr. Faruq Humadah, Al- Washiyah An- Nabawiyah li Al- Ummah Al- Islamiyah fi Hajjah Al-
Wada’ [Beirut ‘ Dar Ihya AL- Ulum, 1995.
3.
Riwayat
Nabi Syafe’I;2000
[1]Riwayat
nabi. Syafe’I; 2000; hal 81-84
[2]
Prof. DR. H. Rachmant Syafe’I M.A. AL-
HADIS . Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2000
0 komentar:
Posting Komentar