Pages

Minggu, 16 November 2014

TINGKAH LAKU TERPUJI



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Rabb yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam menempuh jalan yang benar dan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Rasulillah Muhammad SAW pemberi uswah (teladan) dan bimbingan tentang perlunya kita memiliki sifat jujur sekaligus mempraktekkannya dalam aktifitas kehidupan kita sehari-hari.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihakAkhirnya kritik saran dari pembaca, dengan senag hati siap kami terima, semoga usaha penulisan makalah ini tidak sia-sia dan semoga Alloh SWT memberikan manfaat dan ridlaNya kepada kita semua.Amin.




Wassalam.

Tim Penyusun





DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….  3
LATARBELAKANG……………………………………………………………… 3
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………....4
BAB II PEMBAHASAN.....………………………………………………………………….5A. PentingnyaKejujuran………………………………………….............................5
B. KejujuranMembawaKebajikan...........………………………..............................8
C. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah….………….........................12
BAB III PENUTUP………………….......…………………………………………………...13KESIMPULAN……………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………15













BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dibandingkan makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini.Manusia lebih sempurna dibandingkan dengan binatang.Berbeda dengan binatang, manusia diberi oleh Allah berupa fitriyah, khawasiyah, dan akliyah.Dengan menggunakan akliyah manusia dapat membedakan baik dan buruk sehingga dapat memilikib ahlak yang terpuji dan ahlak yang tercela.
Sebagai manusia yang sempurna dan sebagai khalifah di muka bumi ini maka manusia di tuntut untuk beraklak terpuji karena dengan aklak terpuji maka manusia akan selamat di dunia dan akhirat dan hendaklah berakhlak terpuji dimanapun berada dimulai dengan berbuat baik terhadap diri sendiri ,lingkungan keluarga dan masyarakat, dan salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap manusia adalah besikap jujur karena kejujuran itu membawa kebaikan.
sebagai mana sabda Nabi SAW:
عن أبى ذرّجندب بن جنادة وأبى عبدالرحمن معاذبن جبل رضي الله تعالى عنهما عن رسول الله صلى الله عليه  وآله وسلم قال: إِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقٍ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Artinya :”Berkata Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adz r.a., RAsulullah saw. Bersabda: “Bertaqwalah pada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah keburukan itu dengan kebaikan yang akan menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi)




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pentingnya kejujuran ?
2.      Apa kejujuran membawa kebajikan ?
3.      Apa Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah?
C.    Tujuan Masalah
1.      Memahami pengertian kejujuran
2.       Mengetahui dasar atau hadist tentang kejujuran membawa Kebajikan
3.      Mengetahui Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENTINGNYA KEJUJURAN
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini  maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan yakni   masih saja banyak orang belum jujur  jikadibandingkan dengan orang  yang telah jujur.  Berikut ini saya akan mencoba memberikan penjelasan  sebatas kemampuan  saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh  gambaran tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Jika  orang  itu  menceritakan informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
Menjadi orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran dalam segala aspek kehidupannya, maka ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya. Ketika  seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan diterima ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya di hadapan para hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik oleh orang-orang di sekitarnya.
حديث عبدالله بن مسعود رضي الله عنه عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قل : إِنَّ الصِّدْقَ يَهْد إِلَى اْلبِرِّ وَإِنَّ اْلبِرَّ يَهْدِي إِلَى اْلجَنَّةِ وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا. وَإِنَّ اْلكِذْبَ يَهْدِي إِلَى اْلفُجُوْرِ وَ إِنَّ اْلفُجُوْرِ يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ خَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.
(أخرج البخارى فى : 78- كتاب الأدب :69 باب قول الله تعالى : ياأيها الذين امنوااتقواالله وكونوا مع الصادقين)
a.        Terjemah Hadits: ”Abdullah ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang yang siddiq (yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun ke dalam neraka.Dan seorang yang dusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Dikeluarkan oleh imim Bukhari dalam kitab ”Tatakrama” bab: firman Allah Ta’ala: Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua bersama orang-orang yang benar).
b. Tinjauan Bahasa
الصِّدْقُ : Dalam  ucapan berarti lawan dari bohong Dalam niat berarti ikhlas; dalam janji  berarti menepatinya; dalam kelakuan berarti tidak melakukan kejahatan; baik secara sembunyi-sembunyi maupun zahir. Kalau dalam berbagai hal shiddiq (benar) Dinamakan  الصِّدِّيْقُtetapi kalau benar dalam berbagai sifat saja dinamakan الصَّادِقُ
اَلْبِِرُّ  : Sebutan yang mencakup segala kebaikan
يهدي    : Menuntun, membawa
اَلْفُجُو رُ : Lawan (kebalikan) dari  اَلْبِرُّ
c. Penjelasan
       Sebagaimana diterangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun di akhirat. Ia akan dimasukan ke dalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan dalam Al-qur’an dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa:
Ï%©!$#ur uä!%y` É-ôÅ_Á9$$Î/ s-£|¹ur ÿ¾ÏmÎ/   y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqà)­GßJø9$# ÇÌÌÈ  
       Artinya :” Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
(Q.S. Az- Zumar : 33)
       Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berhianat kepada siap saja, baik kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulullah SAW, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimah syahadat
Dengan kata lain, orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui yang meminta nasihat kepada Rasulullah SAW. Belilau hanya berkata “jangan bohong” perkataan Rasulullah SAW terus mengiang–ngiang ditelinga sang badui sehingga setiap kali dia akan melakukan perbuatan tercela, dia berfikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.[1]
Hadits tentang kejujuran membawa kebaikan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)
Artinya:
Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi  Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka.Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً  رواه مسلم .

       Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim) [i][ii]Shohih Muslim hadits no : 6586
Perowi hadits:
Dia adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud salah seorang Assabiqun Al-awalaun (golongan yang pertama-tama masuk Islam), termasuk kalangan sahabat utama dan ahli fiqih, hafal dari Rasulullah saw 70 surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia 60 tahun
Makna Secara Umum:
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk. 
       Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1.    Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2.    Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3.    Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4.    Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5.    Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6.    Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan kewajiban.
7.    Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8.    Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9.    Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka
A. DALIL AL-QUR’AN
Dalam AlQur’an telah di sebutkan beberapa ayat tentang kejujuran antara lain adalah:
1. Surat Al-Anfal ayat




Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
2. Surat An-Nahl ayat 105

$yJ¯RÎ) ÎŽtIøÿtƒ z>És3ø9$# tûïÏ%©!$# Ÿw šcqãZÏB÷sムÏM»tƒ$t«Î/ «!$# ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqç/É»x6ø9$# ÇÊÉÎÈ  


Artinya:
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.
3. Surat At-Taubah ayat 119
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qçRqä.ur yìtB šúüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ  
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (benar)
B.     DALIL AL-HADIST
       Dalam Hadist Nabi Juga dimuat (dijelaskan) tentang kejujuran, antara lain adalah;
1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud RA
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلعم قال : ان الصدق يهدى الى البر وان البر يهدى الى الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا ان الكذب يهدى الى الفجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا { متفق عليه }
Artinya:
       Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, Beliau bersabda; sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa (pelakunya) ke surga dan orang yang membiasakan dirinya berkata benar(jujur) sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai orang yang benar, sesungguhnya dusta itu membawa pada keburukan(kemaksiatan) dan keburukan itu membawa ke neraka dan orang yang membiasakan dirinya berdusta sehingga ia tercatat disisi Alloh sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim)
2. Hadist dari Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA
عن ابى محمد الحسن بن على بن ابى طالب رضي الله عنهما قال : حفظت من رسول الله صلعم دع ما يريبك الى ما لا يريبك , فان الصدق طمأنينة والكذب ريبة { رواه الترمذى}
Artinya:
       Abi Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA, Ia berkata; Saya hafal (hadist) dari Nabi SAW, “ Tinggalkan sesuatu yang meragukan pada sesuatu yang tidak meragukan, maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan(hati) dan dusta adalah keraguan(hati)
1.      Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga.
Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta .” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.      Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata : “Saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah SAW, yaitu : “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan .” (HR. Tirmidzi)
3.      Dari Abu Sufyan Shahr bin Harb ra., di dalam haditsnya yang panjang tentang cerita pertanyaan Heraklius kepadanya :
“Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu ?” Abu Sufyan berkata : “Nabi SAW bersabda : “Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan janganlah kamu menyekutukan apapun
dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu. Beliau juga menyuruh kami untuk melaksanakan salat, jujur, pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat .” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.      Dari Abu Tsabit, (Abu Sa’id atau Abul Walid Sahl bin Hunaif), ia adalah orang yang ikut perang Badar. Menurut beliau, Nabi SAW bersabda : “Siapa saja yang benar-benar mohon untuk mati syahid kepada Allah Ta’ala niscaya Allah akan
mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidur . “
(HR. Muslim
5.      Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW bersabda : “Ada salah seseorang di antara para nabi sewaktu akan berangkat perang, ia berpesan kepada kaumnya : “Janganlah mengikuti kami, yaitu orang yang baru kawin, sedangkan ia belum berkumpul dengan isterinya. Orang membangun rumah, sedangkan ia belum selesai membangunnya. Dan
janganlah mengikuti kami orang yang baru membeli kambing atau onta, dan ia menunggu kelahiran anaknya .” Kemudian Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah
dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada matahari : “Wahai matahari,
       Sesungguhnya kamu diperintah dan saya pun diperintah. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami.”
Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberikan kemenangan kepada nabi itu. Kemudian Nabi itu mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan mendatangkan api untuk memakannya, tetapi api itu tidak mau memakannya, oleh
karenanyakarenanya nabi itu bersabda:
“Sesungguhnya ada di antara kamu sekalian yang tidak ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang laki-laki untuk berbai’at kepadaku.” Kemudian melekatlah
dua tangan atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau bersabda : “Kalianlah yang tidak ikhlas.” Orang-orang itu lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi.
Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi seseorang sebelum kami.
Kemudian Allah melihat kelemahan kami, karena Allah itu menghalalkan barang rampasan itu bagi kami” (HR. Bukhari dan Muslim)
6.      Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra., ia masuk Islam sewaktu pembukaan kota
       Makkah, sedangkan ayahnya termasuk tokoh Quraisy, baik di zaman Jahiliyah maupun setelah masuk Islam, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Dua orang yang berjual beli itu haruslah bebas memilih sebelum mereka berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di dalam berjual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Tetapi apabila keduanya menyembunyikan dan dusta, maka jual belinya itu tidak akan membawa berkah.” (HR.Bukhari dan Muslim                         
A.    Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah
       Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka  meminjamkan uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagian penunjang usahanya. Hal itu diperbolehkan dalam Islam dan Allah SWT akan menolong mereka kalau mereka berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
       Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakannya uang pinjamannya untuk berfoya- foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal karena akan menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.
       Oleh karena itu, setap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta tersebut adalah amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya. Dalam dipercayakan kepadanya dan mengembalikan amanat tersebut kepada pemiliknya, sebagaimana firman Allah SWT
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  

Artinya:
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.[ Q.S. An- Nisa; 58]
       Begitu pula, seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara mengembalikan modal yang di pinjamnya pada waktu yang telah disepakati. Jika ia memerlukan modal lagi, ia tidak aka menagalami kesulitan.[2]
       Selain akan mendapat predikat shiddiq,sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan, ia juga akan dimudahkan oleh Allah SWT dalam setiap usahanya untuk mengembalikan modal yang diamanatkan kepadanya.
      Allah SWT. Berfirman
      4 `tBur È,­Gtƒ ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾Ín͐öDr& #ZŽô£ç ÇÍÈ  
Artinya;
‘ Barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT, Dia akan menjadikan  dari urusan mudah,’                [Q.S. Thalaq.4]

       Selain itu, bagi mereka yang memiliki tabiat jelek seperti itu, tidak akan pernah lagi percaya oleh orang lain. Jika terdesak oleh kebutuhan, tidak ada lagi yang mau menolongnya atau mencoba untuk menitipkan suatu amanat kepadanya.
       Hal itu menunjukkan bahwa penunaian suatu amanah sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun  khianat [ tidak menunaikan amanah] telah disepakati sebagian perbuatan tercela, baik dalam pandangan Allah maupun pandangan manusia. Dalam suatu hadis dikategorikan sebagian salah satu sifat orang minafik.
       Ar-Raqib Al- Asfahani [3] berpendapat bahwa khianat bukan sekedar tanda orang munafik, nifak adalah khianat dan khianat adalah nifak. Hanya saja khianat seringkali diperuntukkan bagi pelanggaran terhadap perjanjian atau amanat, sedangkan nifak demikian esensi dari keduanya sama dan sangat di murkai Allah Swt. Hal itu karena khianat akan merugikan diri si pengkhianat sendiri dan orang lain. Apalagi bagi seorang pemimpin atau wakil rakyat yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan amanat dengan baik. Setiap jabatan adalah amanat dari rakyat dan hakikat dari Allah SWT, maka harusnya orang dipercaya memegang suatu jabatan harus melakukan berbagai ketentuan yang sesuai dengan kehendak dan aspirasi rakyat, bukan sebaliknya justru mementingkan diri sendiri, lupa diri, dan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan rakyat kepadanya.
       Tentu saja, amanat bukan saja dimonopoli para pemimpin, sebab bila merujuk kepada Al-Qur’an, khianat terbagi kepada dua bagian, yaitu khianat terhadap Khalik [ Allah dan Rasu- Nya] dan khianat terhadap makhluk.


                                               BAB III                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Melalui makalah ini kami sampaikan juga beberapa saran yakni;
1.      Akui dan Jujurlah bahwa Allah Tuhan kita, kita adalah hambanya maka marilah kita beribadah dengan sepenuh jiwa, ikhlas hanya karena mengharap ridla-Nya
2.       Mari kita berusah Jujur dalam segala hal dan keadaan, jangan sampai kita terprofokasi ungkapan “ yang jujur ga’ makan”, itu tidak benar. Yakinlah bahwa yang member rizki bukan manusia tapi Allah SWT.
3.      Hindarilah sifat dusta karena itu merupakan awal dari kehancuran umat manusia.
       Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur berkat rahmat Allah, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dari awal sampai akhir dengan baik dan kami juga berterimakasih banyak pada guru pembimbing yang telah memberikan arahan kepada kami pada jalan kebenaran dan penuh wawasan.
       Manusia diciptakan Allah SWT dengan berbagai kelebihan dan kekurangan, kekurangan manusia dapat ditutupi dengan kelebihannya, misalnya kecakapan atau kepandaiannya dalam mengolah kata
Dari itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila tugas kami ini dari awal sampai akhir masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan.
Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini bermanfaat bagi semua orang terutama bagi umat islam khususnya kita semua, Amin Amin
DAFTAR PUSTAKA
1.      Prof. DR. H. Rachmant Syafe’I M.A. AL- HADIS . Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2000
2.      Dr. Faruq Humadah, Al- Washiyah An- Nabawiyah li Al- Ummah Al- Islamiyah fi Hajjah Al- Wada’ [Beirut ‘ Dar Ihya AL- Ulum, 1995.
3.      Riwayat Nabi Syafe’I;2000



















[1]Riwayat nabi. Syafe’I; 2000; hal 81-84
[2] Prof. DR. H. Rachmant Syafe’I M.A. AL- HADIS . Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2000
3.Dr. Faruq Humadah, AL- Washiyah An- Nabawiyah li- Al Islamiyah Fi Hajjah Al- Wada’ [Berirut; Dar Ihya Al- Ulum, 1995], hal.106




0 komentar:

Posting Komentar