BAB I
PENDAHULUAAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Cinta sesama muslim sebagian
dari iman, muslim itu saudara muslim, Nabi SAW bersabda: Agama islam memang lah
ampuh, saat manusia memperbanyak perang antar kelompok ,islam justru
mempersatukannya (kelompok /suku kabilah ) dan diganti dengan iakatan akidah,kita
pun dikenalkan dengan istilah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan islam salah satu
tandanya adalah mencintai sesama muslim Nabi SAW,bersabda: “belum sempurna iman
seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri
Berangkat dari hadis
diatas kita mencoba mengulas lebih dalam tentang realisasi iman dalam kehidupan
sosial. Dengan menyajikan hadis-hadis tentang cinta sesama muslim dan cara-cara
berperilaku /bersosialisasi dengan muslim yang lain.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk membatasi
pembahasan dan mempermudah dalam penyajian makalah ini, penulis menyusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagamana
pengertian iman itu?
2.
Apa
yang dimaksud dengan cinta sesama muslim
?
3.
Apa
ciri seorang muslim tidak mengganggu orang lain ?
4.
Bagaimana
realisasi iman dalam menghadapi tamu ?
C.
Tujuan
Masalah
1)
Mengetahui
pengertian iman
2)
Mengetahui
tentang cinta sesama muslim
3)
Mengetahui
realisasi iman dalam menghadapi tamu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
REALISASI
IMAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
1.
pengertian
iman
berbicara
tentang iman ini adalah sesuatu yang abstrak ,hal yang berkenaan dengan hati
tentunya tidak satu pun yang tahu akan sesuatu yang ada didalamnya kecuali
individu masing-masing yang maha menguasai setiap hati yakni Allah SWT. Namun
sebagai manusia yang lemah ,kita dapat menilai apakah seorang itu benar-benar
beriman yang baik/tidak tentangnya dapat dinilai dari perbuatan baik maupun
buruk yang nyata dalam kehidupannya.
Karena
iman tidak hanya cukup dengan pengakuan hati tetapi harus tersosialisasi dalam
kehidupanya. Bila baik perilakunya itu adalah indikasi bahwa imanya bagus
,sebaliknya bila jelek berarti imanya rusak, maka penting bagi kami untuk
membahas tentang hal tersebut.
Seseorang
tidaklah cukup hanya menganut islam tanpa mengiringinya iman. Begitu pula
sebaliknya islam tanpa iman tidaklah berarti.akan tetapi iman dan islam juga
belumlah cukup karena harus dibarengi ihsan.iman adalah percaya kepada Allah
SWT.para malaikat-Nya berhadapan pada Allah,percaya pada rosul-rosul-Nya dan
percaya pada hari berbangkit dari kubur.[1]
z`tB#uä
ãAqß§9$# !$yJÎ/ tAÌRé&
Ïmøs9Î) `ÏB
¾ÏmÎn/§ tbqãZÏB÷sßJø9$#ur
4 <@ä.
z`tB#uä
«!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur
¾ÏmÎ7çFä.ur
¾Ï&Î#ßâur
w ä-ÌhxÿçR
ú÷üt/ 7ymr& `ÏiB ¾Ï&Î#ß
4 (#qä9$s%ur $uZ÷èÏJy
$oY÷èsÛr&ur
( y7tR#tøÿäî
$oY/u
øs9Î)ur çÅÁyJø9$#
ÇËÑÎÈ
285.
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."
Disini
dapat dijelaskan bahwa iman artinya kepercayaan,yang artinya percaya dan
mengakui bahwa Allah itu ada dan Esa,tiada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan-Nya[2]
a.
Cinta
sesama muslim sebagian dari iman
1.
Hadis
pertama
عن انس رضي الله عنه عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلم قا ل : لا يوِمن
احد كم حتّى يحبّ لا خيه ما يحبّ لنفسه.( رواهالبخا رى ومسلم واحمد والنسائ)
‘’ Anas r.a.berkata bahwa Nabi SAW. Bersabda, “tidaklah termasuk
beriman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.” { H.R. Bukhari,Muslim,Ahmad,dan Nasa’i }
Kita
tidak mengetahui bahwa cinta sesama muslim merupakan hubungan horizontal yang
masih dipupuk dan dilestarikan, bahkan dalam sebuah hadist menyatakan,bila
salah seorang diantara kamu kita pun mengalami hal yang sama, kita harus yakin
seberat apapun beban yang ada dipundak akan terasa ringan bila kita saling
membagi.
Seseorang
mukmin yang ingin mendapat ridho Allah SWT. Harus berusaha untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang diridhai-Nya. Salah satunya adalah mencintai sesama
saudaranya seiman seperti ia mencintai dirinya,sebagaimana dinyatakan dalam
hadist diatas.
Namun
demikian,hadis di atas tidak dapat
diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya berarti tidak beriman. Maksut pernyataan كم احدلايومن pada hadis diatas “tidak sempurna keimanan
seseorang “jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri .[3]
Hadis
diatas juga menggambarkan bahwa islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti
sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nurani,yang dasarnya keimanandan
bukan hal-hal lain,sehingga betul-betul merupakan persaudaraan murni dan suci.
Persaudaraan yang akan abadi seabadi imannya kepada Allah SWT. Dengan kata
lain,persaudaraan yang didasarkan lillah, sebagaimana diterangkan dalam
banyak hadis tentang keutamaan orang yang saling mencintai Karena Allah SWT.
Dalam hadis lain,Rasulullah SAW.menyatakan:
انّ ا لمؤ من للمؤ من كا لبنيا ن يثدّ بعضهم بعظا < روا ها لبخا ر
ى ومسلم >
Artinya
:
“
sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainya bagaikan bangunan yang
saling melengkapi (memperkokoh)satu sama lainnya.” (H. R. Bukhari dan Muslim )
Sebaiknya,
dalam mencintai sesama muslim, harus mengutamakan saudara-saudara seiman yang
betul-betul taat kepada Allah SWT. Rasulullah
SAW. memberikan contoh siapa saja yang harus terlebih dahulu dicintai,
yakni mereka yang berilmu, orang-orang terkemuka, orang-orang yang suku berbuat
kebaikan, dan lain-lain sebagaimana diceritakan dalam hadis:
عن
عبد الله ا بن مسعو د ر ضي الله عنه قا ل : قا ل ر سو ل الله صلىّ الله عليه و
سلّم:ليلّينى منكم او لو ا ا لاحلا م و ا لنّهى ثم يلو نهم ثلا ثا وا يّا كم و
هيشا ت ا لا سوا ق. < رواه مسلم >
Artinya :
“Abdullah Ibn Mas’ud R.A., Ia Berkata Rasulullah
SAW.Bersabda , Hendaknya Mendekat Kepadaku Orang-Orang Dewasa Dan Yang
Pandai,Ahli-Ahli Pikir. Kemudian Berikutnya Lagi. Awaslah! Janganlah
Berdesak-Desakan Seperti Orang-Orang Pasar.”
( H.
R.Muslim)
Hal itu tidak berarti
diskriminatif karena islam pun memerintahkan umatnya untuk mendekati
orang-orang yang suka berbuat maksiat dan memberikan nasihat kepada mereka atau
melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.[4]
b.
Ciri
seorang muslim tidak mengganggu orang lain (AN: 3)
عن عبد الله بن عمرعن النّبيّ ص.م قا ل : المسلم من سلم المسلمون من
لسا نه و يد ه , المها جر من هجر ما نهى الله عنه .
Terjema hadis:
“Abdullah bin Umar berkata bahwa Nabi SAW. telah bersabda
“seseorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang islam (yang lain)
selamat dari lisan dan tanganya dan orang yang hijrah adalah orang yang hijrah
dari apa yang telah dilarang Allah SWT.”
(H.R. Bukhari,Abu Dawud, dan Nasa’i )
Hadis
di atas mengandung dua pokok bahasan, yakni tentang hakikat seorang
muslim,dalam membina hubungan dengan sesama muslim dalam kehidupan sehari-hari,
dan juga menjelaskan hakikat hijrah dalam pandangan islam.
Orang
Yang mengucapkan dua kalimah syahadat telah tergolong muslim. Akan
tetapi, untuk dikatakan muslim yang sebenarnya ( haqiqi ) , ia harus memiliki
tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan islam, tanpa memilih atau membedakan
syari’at yang disukai atau tidak disukai olehnya.
Tidak
dikatakan sempurna keislaman seseorang jika ia hanya memperhatikan ibadah
rutual yang berhubungan dengan Allah
SWT.,Tetapi melupakan atau meremehkan hubungan dengan manusia. Dalam Al-Qur’an,
banyak ayat yang mengatur tentang hal ini sehingga tercipta keharmonisan
hidup,tidak terjadi pertentangan atau bentrokan antar sesama muslim.
Dalam
hadis diatas dinyatakan bahwa seorang muslim adalah oramg yang mampu menjaga
dirinya sehingga orang lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan
dan mulutnya. Dengan kata lain,ia harus berusaha agar saudaranya sesama muslim
tidak merasa disakiti oleh tangannya, baik fisik seperti dengan
memukulnya,merusak harta bendanya,dan lain-lain atau pun dengan
lisannya.kalaupun ia pernah menyakiti saudaranya tanpa disengaja,ia harus
segera memberikan pertolongan sesuai kemampuanya.
Dengan
demikian,seseorang harus berusaha untuk tidak menyakiti saudaranya dengan cara
apapun dan kapan pun.sebaliknya ia selalu berusaha menolong dan menyayangi
saudaranya seiman sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Hal
itu karena menjaga orang lain, baik fisik maupun perasaannya sangat penting
dalam islam. Tidak heran qalau amalan amalan sedekah akan batal jika disertai
dengan sikap yang dapat menyakiti mereka yang diberi sedekah. Allah SWT.
Berfirman:
$ygr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä w (#qè=ÏÜö7è?
Nä3ÏG»s%y|¹ Çd`yJø9$$Î/
3sF{$#ur$x ....
( ا لبقرة )
264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima),............
(
Q.S. Al- Baqarah: 264 )
Oleh
karena itu,setiap muslim harus berhati-hati dalam bertingkah laku. Jangan asal
berbicara bila tidak ada manfaatnya. Jangan berbuat sesuatu bila hanya
menyebabkan penderitaan orang lain.karena segala tindakan dan perbuatan akan
dimintai pertanggungjawabanny kelak diakhirat sebagaimana dinyatakan dalam
firma –Nya:
wur ß#ø)s? $tB
}§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/
íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$#
u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur
@ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x.
çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB
ÇÌÏÈ
36.
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.
(
Q. S. Al-Isra: 36)
Disamping
itu, jika seseorang berbuat doasa kepada sesama manusia, Allah SWT. Tidak akan
mengampuni dosanya sebelum orang yang pernah disakitinya itu memaafkannya.
Memang
sagat berat bagi orang yang terbiasa melakukan sesuatu yang dilarang agama
maupun melakukan sesuatu yang telah diperintahkan agama untuk mengubah
perilakunya,pada hal ia mengakui bahwa dirinya beriman.dalam hati kecilnya, ia
mengakui bahwa perbuatan yang selama ini
dilakukannya adalah salah. Akan tetapi,kalau didasari niat yang betul,
semuanya akan mudah. Ia akan berpindah dari jalan yang dimurkai Allah SWT. Menuju jalan yang diridhoi-Nya Allah SWT. Pasti akan menyertai orang-orang
yang ingin taat kepada-Nya dan memberikan pahala dan kebahagiaan kepada mereka.
Sebagaimana firman-Nya:
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#rãy_$ydur (#rßyg»y_ur Îû
È@Î6y
«!$# ôMÏlÎ;ºuqøBr'Î/
öNÍkŦàÿRr&ur
ãNsàôãr& ºpy_uy yYÏã
«!$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ç/èf tbrâͬ!$xÿø9$#
ÇËÉÈ
20.
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
(Q.S. At-Taubah:20)
Hijrah
dapat diartikan sebagai perjalanan pajang untuk meraih masa depan yang lebih
cerah. Dapat juga diartikan perjalanan pajang untuk memperoleh ridha-Nya. Untuk
menempuh suatu perjalanan diperlukan bekal yang cukup. Bekal tersebut dalam
islam adalah aqidah yang kuat. Oarang yang kuat imannya tidak akan mudah
tergelincir pada perbuatan yang menyimpang perintah-Nya. Jika tergelincir
kepada perbuatan yang salah, ia segera berhijrah dari perbuatan jelek tersebut
kepada perbuatan-perbuatan baik,sesuai perintah-Nya.[5]
c.
Realisasi
iman dalam menghadapi tamu(An:47)
عن
اب هر يرة رضي الله عنه قال : قا ل رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : من كا ن يؤ
من با لله و اليو م الاخر فليكر م ضيفه ومن كا ن يؤ من با لله وا ليوم الا خر
فليكرم ضيفه ومن كا ن يؤ من بالله واليوم الا خر فليقل خير ا وليصمت .
Terjemahan
hadis:
“ Abu Hurairah
r.a.,ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda “ barang siapa yang beriman
kepada allah dan hari akhir,dia harus memuliakan tamunya : barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus berbuat baik kepada tetangganya
;dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus berkata
baik atau diam.”
(
H. R. Syaikhani dan ibnu Majah )
Dalam
hadis diatas, ada tiga perkara yang didasarkan atas keimanan kepada Allah dan
hari akhir, yakni:
Ø memuliakan tamu
Ø memuliakan tetangga
Ø berbicara baik atau diam
Adapun alasan penyebutan dua keimanan,yakni :
·
iman
kepada Allah
·
dan
hari akhir
karena iman kepada Allah adalah
merupakan permulaan segala sesuatu dan tangan-Nya lah segala kebaikan
dan kejelekan sedangkan hari akhir adalah merupakan akhir kehidupan dunia,yang
didalamnya mencakup hari kebangkitan mahsyar, hisab, dan surga-,neraka, dan
banyak sekali yang harus diimani pada hari akhir tersebut. Dengan
demikian,seandainya manusia betul-betul beriman kepada Allah dan hari akhir, ia
akan berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran dan kemaksiatan.
Namun tidak berarti bahwa orang yang tidak memuliakan tamu dan
tetangga,serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.maksut iman kepada Allah dan hari akhir adalah sebagai penyempurna
iman. Ketiga hal diatas sangat penting dalam kehidupan sosial.
v Memuliakan Tamu
Maksud memuliakan tamu dalm hadis diatas mencakup
perseorangan maupun kelompok. Tentu saja hal ini dilakukan berdasarkan
kemampuan,bukan karna riya. Dalam syari’at islam,batas memuliakan tamu
adalah tiga hari tiga malam,sedangkan selebihnya merupakan sedekah, hal
itu didasarkan pada hadis Rasulullah SAW.:
عن ابى ثر يح خو يلد بن عمرو ( الخزاعى) رضيا لله عنه قال: سمعت رسول
الله صل الله عليه وسلّم يقول: من كان يو من با لله واليوم الاخر فليكرم ضيفه جا
عزته, قال: يارسولالله ؟ وماجا عزته؟ قال: يومه وليلته والضّيا فة ثلا ثة اياّم ,
فما كا ن وراء ذ لك فهم صد قة عليه . < متفق عليه >
Artinya:
“Abu syuaih (khuwailid) bin Amru Al- khuza ‘ir r.a. berkata ,saya
telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda ‘siapa yang percaya kepada Allah dan
hari kemudian ,ia harus menghormati tamunya pada bagian keistimewaannya.
Sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan keistimewaannya itu? Jawab Nabi,
hormat tamu itu sampai tiga hari, sedangkan selebihnya dari shadaqah.”(Mutafaq
Alaih)
Diantara hal-hal yan harus diperhatikan dalam memuliakan tamu
adalah memberikan sambutan yang hangat. Hal ini akan lebih baik dari pada di
sambut hidangan yang mahal-mahal, tetapi dengan muka masam dan kecut. Namun
dalm menjamu tamunya ini haruslah sesuai dengan kemampuan.
Seandainya kedatangan tamu yang bermaksud meminta tolong tentang
suatu masalah atau kesulitan, sebagai orang muslim kita harus memberinya
bantuan semampunya. Apabila tamunya tidak mengatakan suatu kebutuhan, tetapi
kita mengetahui bahwa tamu tersebut dalam keadaan kafir,sedangkan kita
mampu,berilah bantuan apalagi kalau tamu tersebut masih kerabat.
Dan sebaiknya pihak tamu pun harus mengerti ketentuan bertamu dalam
islam.
v Memuliakan Tetangga
Maksut tetangga disini adalah umum, baik yang dekat maupun jauh,
muslim, kafir, ahli ibadah, orang fasik, musuh dan lain-lain, yang bertempat
tinggal dilingkungan rumah kita. Namun demikian, dalam memuliakan mereka,
terdapat tingkatan-tingkatan antara satu tetangga dengan lainnya. Seorang ahli
ibadah yang dapat dipercaya dan dekat rumahnya lebih utama untuk dihormati dari
pada para tetangga lainya.
Berbuat baik kepada tetangga itu dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya memberi pertolongan , memberikan pinjaman, menengoknya jika
sakit , melayat jika ada keluarganya yang meninggal ,dan lain-lain.
Selain itu,diharuskan pula menjaga mereka dari ancaman gangguan dan
bahaya. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Siti Aisyah
disebutkan.
ما زال جبريل يو
صين با لجار حتّى ظننت ا نّه سيورثه.[6]
Artinya:
“Malaikat Jibril senantiasa memberi
wasiat kepada ku (untuk menjaga ) tetangga sehingga aku menyangka bahwa dia
(malaikat Jibril) akan mewarisinya (tetangga).”
Perintah untuk berbuat baik
terhadap tetangga juga terdapat dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya:
.........(
Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur
$YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur
4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur
ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur
Ï
4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur
É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur
ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷r&
3 ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä `tB
tb%2
Zw$tFøèC
#·qãsù ÇÌÏÈ
36.Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294],
dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat,
hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
Diantara akhlak yang terpenting kepada tetangga adalah :
ü Menyampaikan ucapan selamat ketika tetangga sedang bergembira.
ü Menjenguknya tatkala sakit.
ü Bertakziyah ketika ada keluarganya yang meninggal.
ü Menolongnya ketika memohon pertolongan
ü Memberikan nasihat dalam bebagai urusan dengan cara yang ma’ruf,dll
v Berbicara baik atau diam
Sesungguhnya
ucapan seseorang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan dirinya. Orang yang
selalu menggunakan lidahnya untuk berbicara baik, memerintah kepada kebaikan
dan melarang kepada kejelekan, membaca Al-Qur’an,membaca ilmu pengetahuan,dan
lain-lain,ia akan mendapatkan kebaikan dan dirinya pun terjaga dari kejelekan.
Sebaliknya orang yang apabila menggunakan lidahnya untuk berkata-kata jelek
atau menyakiti orang lain,ia akan mendapat dosa dan tidak mustahil orang lain
pun akan berbuat demikian kepadanya. Maka perintah Rasulullah untuk berkata
baik atau diam merupakan suatu pilihan
yang akan mendatangkan kebaikan.
Memang
sangat sulit untuk mengatur lidah agar selalu berkata baik atau diam. Akan
tetapi,kalau berusaha untuk membiasakannya, tidaklah sulit apalagi kalau
sekedar diam. Bagaimana pun juga,lebih baik diam dari pada berbicara yang tiada
berguna dan tidak karuan
عن انس قال :قال رسو ل الله صلّ الله عليه و سلم الصمت حكمة و قليل
فاعله.
Artinya:
Dari
Anas .ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW.,” Diam itu suatu
kebijaksanaan, tetapi sedikit orang yang berbuatnya .”
(dikeluarkan
oleh Al-Baihaqi, dengan sanad yang dha’if,dan ia menyahihkan bahwa hadis
tersebut mauquf dari ucapan Luqman Hakim).
Namun
demikian,jika selamanya diam tentu saja bukanlah tingkah laku yang bijak sana
,karena akan ada anggapan yang tidak baik dari orang lain. Ada pepatah
mengatakan, “the silent is gold’ tetapi ada juga pepatah lain ” lebih baik banyak berbuat dan berkata
walaupun salah daripada tidak pernah melakukan sesuatu dan tidak pernah
berbicara.” yang paling baik tentu saja berbicara baik sesuai kondisi,
pepatah Arab mengatakan.
لكل مقا م مقال و لكلّ مقا ل مقا م
Artinya
:
“
Tiap-tiap tempat ada perkataannya dan tiap-tiap ucapan ada tempatnya.”
Ucapan
yang baik serta bersikap pemaaf lebih baik dari pada sedekah yang
disertai ucapan yang menyakitkan :
Allah
SWT berfirman :
*
×Aöqs% Ô$rã÷è¨B
îotÏÿøótBur ×öyz `ÏiB 7ps%y|¹ !$ygãèt7÷Kt ]r&
3 ª!$#ur ;ÓÍ_xî ÒOÎ=ym
ÇËÏÌÈ
263. Perkataan yang baik dan pemberian
maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
[167]
Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud
pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si
penerima.[7]
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Salah satu kesempurnaan iman seorang
mukmin adalah mencintai saudaranya sebagaimana ia me
ncintai
dirinya sendiri. hal itu direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun kebahagiaan saudaranya
seiman yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada allah swt.
Diantara ciri kesempurnaan iman
seseorang adalah tidak mau menyakiti saudaranya seiman selain itu, ia pun
berusaha untuk berhijrah (pindah )dari melakukan perbuatan yang dilaranga Allah
kepada perbuaytan yang diridhai-Nya .
Untuk keesempurnaan iman dan sebagai
salah satu tanda keimanan kepada Allah SWT. dan hari akhir, seorang mukmin
harus memuliakan tetangga, tamu, dan berkata
atau diam.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat ,tentu
masih banyak kesalahan dan kekurangan .saran dan kritik senantiasa kami
harapkan agar menjadi lebih baik lagi dalam membuat makalah ini semoga makalah ini
bermanfaat dan memberi pengetahuan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Haqqi
Ahmad Muadz, 40 Hadis Akhlak (surabaya: As-Sunah, 2003)
Abdul
Hamid Ritonga, Hadis seputar islam dan Tata kehidupan,
Syafe’i
Rachmad,dkk. Al-Hadis (Aqidah ,Akhlak, Sosial dan hukum). Bandung: CV Pustaka
Setia.2000.
[1] Abdul hamid Ritonga,Hadis seputar islam dan Tata kehiupan ,h.20
[2] Prof.DR.H. Rachmat syafe’i, AL-Hadis Aqidah,Akhlak,Sosial dan
Hukum,h.16
[3] Ibid,
[4] Ibid,h.35-40
[5] Ibid,h 41-44
[6] Ahmad Muadz haqiqi, 40 hadis akhlak,surabaya: As sunnah,2003.h.11
[7] Opcit,Al-hadis, Aqidah,Akhlak,sosialdan Hukum. H. 45-51